Cerita ini masih ane sadur dari kultwitnya Ust. @salimafillah. Monggo silahkan di baca dan dipelajari.
Al Maghfurlah Kiyai Haji (KH) Bisyri Syansuri dari Denanyar, Jombang, adalah kakek Gus Dur dan Gus Sholah dari pihak Ibu, yakni Ny. Hj. Solechah. Sementara Allahuyarham KH Abdul Wahab Hasbullah dari Tambakberas, Jombang, adalah kakek buyut dari M. Romahurmuzy, Sekjen PPP. Kedua beriparan inilah pilar utama Nahdatul Ulama (NU) sejak didirikan, di sisi Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari, Tebu Ireng. Inilah secuil kisah...
Mbah Bisyri dikenal sebagai ‘Alim yang teguh memegang dalil dengan pemahaman zhahir nash-nya. Suatu hari beliau didatangi oleh seseorang. Sang tamu menyampaikan bahwa dia telah meniatkan ber-qurban sapi untuk seluruh anggota keluarganya yang berjumlah 7 orang. Tetapi menjelang hari idul adha yang sudah dekat, telah lahir seorang bayi sebagai anggota keluarga barunya. Nah, bolehkah Qurban-nya menjadi untuk 8 orang? Mbah Bisyri menjawab; “Tidak boleh! Sebab dalil-nya menyatakan jelas, 1 sapi hanya boleh untuk paling banyak 7 orang. Tidak lebih!” Kyai yangg teguh pada prinsip, berani pada Bung Karno.
Si penanya tadi meng-iya-kan. Tetapi rupanya dia masih ingin melanjutkan niatnya ber-Qurban dengan kemenyatuan seluruh keluarganya. Maka yang bersangkutan sowan pada Mbah Wahab di Tambakberas. Pertanyaan yang sama diajukannya. Nah, apa jawab Mbah Wahab, Rahimahulloh? Kata Mbah Wahab, “Ya boleh. Tapi karena yang ke-8 masih bayi, dia nanti akan kesulitan naik saat menunggang sapinya ke surga... Maka agar dia bisa ancik-ancik (berpijakan) untuk naik ke sapi, tambahkan 1 ekor kambing sebagai hewan Qurban kalian sekeluarga.” Sang penanya manggut-manggut dan pulang dengan sukacita. Mbah Wahab telah bicara ‘dengan bahasa dan sesuai kadar pemahaman’ penanya. Konon, saat Mbah Bisyri mendengar hal tersebut beliau tersenyum dan membaca ujung QS 12: 76, “Wa fauqa kulli dzii ‘ilmin ‘Aliim.” Arti bebasnya; “Dan di atas tiap-tiap pemilik ilmu, ada yang jauh lebih dalam ilmunya.” Kalimat ini juga pernah dibaca Imam Ahmad.
Sudah selesai membacanya? Nah, kadang nih ya, kita merasa punya banyak ilmu, punya banyak tahu tentang islam, fiqih, syariah, dll. Namun terkadang kita lupa bahwa objek dakwah kita itu berbeda kadar ilmu dan imannya. Tidak masalah ketika kita tegas dan jelas ngomong tentang bid'ah-bida'ah dalam agama jika objek dakwah kita telah mengenal ilmu tauhid dengan baik dan memiliki keimanan yang bagus. Tetapi jika objek dakwah kita masih awam, lalu kita begitu mudahnya bilang ini bid'ah, ini syirik, ini kafir, ini haram, dan lainnya, ya mereka bakal kabur. Intinya sampaikan sesuai kadar ilmu dan iman objek dakwah kita. Sampaikan dulu tentang tauhid, tentang iman, tentang keyakinan kita kepada Alloh, setelah mereka siap dengan kadar iman dan ilmu yang meningkat, barulah berikan pemahaman tentang hal-hal yang lebih berat.
Wallohuta'ala a'lam..
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar kawan. Mudah kok, tinggal pilih dengan akun Googel, Wordpress, Nama dan URL/Nama Saja, atau Anonymous :)